Ular
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ular Rentang fosil: Cretaceous - Kini |
|
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Reptilia |
Ordo: | Squamata |
Upaordo: | Serpentes Linnaeus, 1758 |
Infraordo dan Suku | |
Daftar isi
Evolusi
Ular diperkirakan telah berevolusi dari kadal terestrial sejak pertengahan zaman Jurassic (174,1-163,5 juta tahun yang lalu). Fosil ular tertua yang diketahui, Eophis underwoodi, adalah ular kecil yang hidup di daratan Inggris selatan sekitar 167 juta tahun yang lalu.[1]Habitat
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Ada juga ular yang hidup di sungai, rawa, danau, dan laut.
Makanan
Ular adalah hewan karnivora, mereka memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia. Ular-ular yang hidup di perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan.Ular memakan seluruh mangsanya tanpa sisa dan mampu mengkonsumsi mangsa tiga kali lebih besar dari diameter kepala mereka. Hal ini dikarenakan rahang mereka lebih rendah dan dapat terpisah dari rahang atas. Selain itu ular memiliki gigi menghadap kebelakang yang menahan mangsanya tetap di mulut mereka. Hal ini mencegah mangsa melarikan diri.[2]
Ciri-ciri
Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunyai keistimewaan atau ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan di sekelilingnya, namun tidak dapat memfokuskan pandangannya. Ular hanya dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat. Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya. Ular tidak membau mangsa melalui lubang hidung, melainkan menggunakan lidah mereka yang dapat mendeteksi bau di udara. Organ ini biasa disebut organ Jacobson. beberapa jenis ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan makhluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk pendeteksi panas yang peka sekali. Organ itu berfungsi untuk mendeteksi energi panas (kalor) yang terpancar dari badan hewan berdarah panas.Perilaku
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (hemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.
Seperti kebanyakan reptilia lain, untuk menghangatkan suhu tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali berjemur (basking) di bawah sinar matahari. Sebagai hewan eksoterm, berjemur merupakan salah cara ular mempertahankan suhu tubuhnya secara eksternal. Ular yang hidup didaerah sub-tropis selalu berhibernasi selama musim dingin. Ular juga harus berganti kulit tiga sampai enam kali per tahun.[2]
Reproduksi
Sekitar 70% dari semua jenis ular berkembang biak dengan bertelur (ovipar).[3] Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya, ular-ular ini tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat (Indotyphlops braminus), sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
Ular dan manusia
Dalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap sebagai musuh manusia. Dalam Kitab Yudaisme dan Kristen Alkitab (Perjanjian Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari Taman Eden. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil sebagai penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw. pun ada anjuran untuk membunuh "ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah".Anggapan-anggapan ini turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa benci (jika bukan takut) kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular yang sampai menyebabkan kematian sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian oleh penyakit akibat gigitan nyamuk.
Pada pihak yang lain, ular telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi, terutama di Tiongkok dan daerah Timur lainnya. Sementara itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya biawak, kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah per tahun.
Dalam kenyataannya, ular justru kini semakin punah akibat berbagai penangkapan, pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan lingkungan hidupnya. Ular-ular yang dulu turut serta berperan dalam mengontrol populasi tikus di sawah dan kebun, kini umumnya telah habis atau menyusut jumlahnya. Maka tidak heran, di tempat-tempat yang sawah dan padinya rusak dilanda gerombolan tikus, seperti di beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Jogjakarta, petani setempat kini memerlukan untuk melepaskan kembali (reintroduksi) berbagai jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.
Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Rata rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mamba dari Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai perbandingan, dapat berlari antara 16–24 km per jam.
Macam-macam ular
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, adalah jenis-jenis ular yang tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae, tetapi bisanya pada umumnya memiliki kadar venom yang lemah. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku Elapidae seperti ular sendok, ular belang, dan ular cabai. Kemudian yang termasuk dalam suku Hydrophiidae seperti ular laut, dan Viperidae seperti ular tanah, ular bangkai laut, dan ular bandotan.
Beberapa jenisnya, sebagai contoh:
- Suku Typhlopidae
- Ular kawat (Indotyphlops braminus)
- Suku Cylindrophiidae
- Ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
- Suku Pythonidae
- Ular peraca (Python curtus)
- Ular sanca bodo (Python bivittatus)
- Ular sanca kembang (Malayophython reticulatus)
- Ular sanca hijau (Morelia viridis)
- Suku Acrochordidae
- Ular kadut (Acrochordus granules)
- Ular karung (Acrochordus javanicus)
- Suku Xenopeltidae
- Ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
- Suku Colubridae
- Ular gadung (Ahaetulla prasina)
- Ular cincin emas (Boiga dendrophila)
- Ular babi (Coelognathus flavolineatus)
- Ular sapi (Coelognathus radiatus)
- Ular terbang (Chrysopelea sp.)
- ular tambang (Dendrelaphis pictus)
- Ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
- Ular air bakau (Fordonia leucobalia)
- Ular bajing (Gonyosoma oxycephalum)
- Ular air belang (Homalopsis buccata)
- Ular cecak (Lycodon capucinus)
- ular birang (Oligodon octolineatus)
- Ular siput (Pareas carinatus)
- ular jali (Ptyas korros)
- Ular tikus India (Ptyas mucosa)
- Ular picung (Rhabdophis subminiata)
- Ular serasah (Sibynophis geminatus)
- Ular kisik (Xenochrophis vittatus)
- Suku Elapidae
- Ular cabai (Calliophis intestinalis)
- Ular welang (Bungarus fasciatus)
- Ular weling (Bungarus candidus)
- Ular laut (Hydrophis cyanocinctus)
- Ular sendok (Naja sp.)
- Ular anang (Ophiophagus hannah)
- Suku Viperidae
- Ular puspa (Daboia russeli)
- Ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
- Ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
- Ular candi (Tropidolaemus wagleri)
No comments:
Post a Comment