(Musa spp.)
Famili : Musaceae
Jadilah POKOK PISANG.
POKOK PISANG kalau berbuah hanya sekali, kemudian mati.
Maksudnya: Kesetiaan dalam Perkahwinan.
*********************************************************************************
Sebatang
pohon pisang tumbuh di atas tanah, ia hanyalah pohon seperti tumbuhan
yang lain. Pohon ini hanya tumbuh mengikuti hukum alam ketentuan Tuhan.
Sepintas ia hanyalah pohon biasa yang tak ada kelebihan yang menarik
perhatian sebagaimana sekuntum bunga yang mengundang kupu-kupu yang
cantik untuk hinggap menghisap sarinya. Namun, tidakkah kita perhatikan
hal berikut ini?
Pohon
pisang sebenarnya memiliki kehebatan yang dapat kita teladani. Pertama,
pohon pisang itu dalam proses bertumbuh, jika ditebang sampai putus
batangnya, maka ia akan tumbuh lagi persis dari pusat batangnya. Tak
peduli berapa kali ia dibabat batangnya sampai putus sekalipun, ia tetap
tumbuh dan tumbuh lagi sampai dewasa dan berbuah. Ini seharusnya
memberi ilham kepada kita yang diberi akal yang cerdas sebagai
manusia--makhluk yang paling sempurna--agar bisa meniru tabiat alami si
pohon pisang tersebut.
Yang
namanya kehidupan, pasti penuh cobaan/ujian, sering jatuh bangun, suka
duka silih berganti, dan kadang gagal berkali-kali. Mengetahui fenomena
ini, sudah seharusnyalah kita bisa mencontoh tabiat si pohon pisang ini.
Sesering atau separah apapun kita terjatuh (baca: gagal), maka seperti
si pohon pisang, kita harus bertumbuh lagi, bangkit dengan semangat yang
lebih dahsyat. Tak peduli berapa kali kita ditebang oleh kegagalan lalu
tumbang, maka sebanyak itu pula kita bangkit dan tumbuh lagi. Janganlah
kita berhenti bertumbuh hanya karena sebuah kegagalan, tapi jadikan
kegalan itu sebuah proses pemelajaran untuk meraih keberhasilan yang
leibh dahsyat. Selama tubuh kita masih bernafas, selama itu pula sukses
masih bisa kita raih. Seperti langit yang gelap gulita ditelan malam,
pasti esok hari mentari akan bersinar lagi…, pasti!!!
Kedua,
ternyata pohon pisang itu baru akan mati setelah ia berbuah, memberikan
yang terbaik untuk kehidupan. Ini sungguh luar biasa…! Hal inilah yang
seharusnya kita renungkan dalam-dalam. Kita sebagai manusia yang berakal
dan sempurna, sudahkah kita renungkan…, apa yang sudah kita berikan
untuk kehidupan ini? Apa yang sudah kita berikan untuk keluarga,
lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara [sebelum kita meninggalkan
dunia ini ?
Pohon
pisang hidup untuk berbuah dan mati setelah meninggalkan manfaat. Jika
kita bisa hidup seperti itu, tentu kita adalah pahlawan sejati. Namun
kita sering lupa, banyak dari kita yang lupa diri dalam mengejar dunia,
terlalu memikirkan diri sendiri, kesenangan dan kemakmuran diri sendiri,
sampai-sampai kadang melupakan orang lain yang membutuhkan sesuatu yang
bisa kita berikan. Banyak sekali orang lain di negeri kita tercinta ini
yang nasibnya kurang beruntung dan membutuhkan uluran tangan kita.
Bangsa ini pun merindukan bangkitnya manusia-manusia unggulan yang bisa
membawa negeri ini menuju negeri yang aman, makmur, adil, dan sejahtera.
Konon katanya negeri kita “gemah ripah loh jinawi”, seharusnya
rakyatnya pun juga makmur berkelimpahan. Mungkin itu yang harus menjadi
perjuangan kita bersama.
Dan
pada kenyataannya hidup kita akan berakhir, itu adalah hal yang pasti
dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka sesuatu yang berharga yang akan
dan atau telah kita berikan untuk kehidupan inilah yang bisa memberikan
kenangan nan indah penuh makna bagi generasi penerus kita, bukannya apa
yang kita ambil dari kehidupan ini untuk menikmati masa hidup kita yang
sementara.
Sebagaimana harimau mati meninggalkan belang, rusa mati meninggalkan tanduk, dan gajah mati meninggalkan gading, maka kitalah yang menentukan apa yang akan kita tinggalkan. Apakah kita ingin nama kita akan tetap hidup dengan keharumannya walau kita sudah tiada, ataukah justru sebaliknya…, pilihan ada di tangan kita!
Sebagaimana harimau mati meninggalkan belang, rusa mati meninggalkan tanduk, dan gajah mati meninggalkan gading, maka kitalah yang menentukan apa yang akan kita tinggalkan. Apakah kita ingin nama kita akan tetap hidup dengan keharumannya walau kita sudah tiada, ataukah justru sebaliknya…, pilihan ada di tangan kita!
Pohon pisang saja mati setelah berbuah, bagaimana dengan kita sebagai manusia?
0110738.blog.unikom.ac.id/belajar-falsafah.2ld
1. Jadilah BUAH JAGUNG , jangan jadi BUAH GAJUS
JAGUNG membungkus bijinya yang banyak, sedangkan Buah GAJUS menunjukkan bijinya yang cuma ada satu.
Maksudnya : Jangan suka menunjuk-nunjuk harta, ilmu dan sebagainya.
3. Jadilah BUAH DURIAN, jangan BUAH KEDONDONG.
Walaupun di luarnya penuh dengan kulit yang berduri tajam, tetapi di dalamnya lembut dan manis
No comments:
Post a Comment