Baginda yang diiringi Menteri Besar, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin mencemar duli melepaskan sendiri kuda laut tersebut dalam program penyelidikan konservasi dan pembangunan ekosistem marin J-Biotech yang mendapat sokongan Country Garden Pacific View Sdn. Bhd. menerusi tanggungjawab sosial korporatnya.

Hadir sama Setiausaha Kerajaan Negeri, Datuk Ismail Karim; Pengerusi Jawatankuasa Kesihatan dan Alam Sekitar negeri, Datuk Ayub Rahmat; Pengarah Eksekutif Forest City Country Garden Pacific View, Datuk Md. Othman Yusof dan Naib Canselor Universiti Malaysia Terengganu (UMT), Prof. Datuk Dr. Nor Aieni Mokhtar.

Ketua Pegawai Eksekutif J-Biotech, Wan Amir Jeffrey Wan Abd. Majid berkata, penyelidikan potensi konservasi kuda laut dan ekosistem persekitarannya dijalankan sejak 2008 dan kali ini ia melibatkan penyelidikan biodiversiti bersama UMT.
“Penglibatan pelbagai agensi membuka lembaran baru dalam program konservasi marin di Johor. Ia merangkumi elemen penyelidikan dan komersialisasi bagi menjana pendapatan lestari di mana fasa pertama adalah penyelidikan saintifik komprehensif menerusi pembiakan dan asuhan, ternakan persekitaran tiruan dan pemulangan semula ke kawasan habitat asal.
“Fasa kedua pula melibatkan penyelidikan hiliran di mana usa­ha-usaha mengekstrak sebatian bioaktif bagi tujuan perubatan dan klinikal sedang dibangunkan,” katanya dalam sidang akhbar di sini hari ini.

Menurut Wan Amir Jeffrey, J-Biotech bersama UMT kini giat berusaha mewujudkan Santuari dan Hatchery Kuda Laut Johor di tapak Ramsar Sungai Pulai serta Bio-Conservation Marine Center di Kepulauan Taman Laut Sultan Iskandar.
Katanya, ia akan berfungsi sebagai pusat penyelidikan konservasi dan pembangunan hidupan marin serta platform marine edu-tourism selain menjadikan Johor destinasi biodiversiti dunia bagi penyelidikan marin serta kawasan Ramsar utama negara.

Bukan sahaja kuda laut, sebaliknya, J-Biotech dan UMT katanya, turut bekerjasama dengan USM dalam penyelidikan kerang gergasi di Pulau Aur, Pulau Tinggi dan Pulau Pemanggil, Mersing selain serta program penyelidikan herba ubatan dan dokumentasi ethobotani dan melibatkan Universiti Tun Hussein Onn (UTHM), Perbadanan Taman Negara Johor (PTNJ) dan Hospital Kuala Lumpur (HKL), Pusat Penyelidikan Perhutanan (FRIM) serta Yayasan Pelajaran Johor (YPJ) di Taman Negara Endau Rompin.
“Turut dijalankan adalah pembangunan pangkalan data hidupan marin melalui aplikasi telefon mudah alih pintar bersama Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan USM. Ini mencerminkan pembangunan biodiversiti di Johor yang mampan dan diselia dengan baik, lestari dan membuka pintu sebagai destinasi eko-pelancongan antarabangsa,” katanya.

 ARTIKEL - WHAT'S ON EARTH
Populasi Kuda Laut Dalam Bahaya
Kuda Laut adalah ikan famili Syngnathidae dan semua spesiesnya termasuk dalam satu marga yaitu Hippocampus.
Ikan ini berbentuk aneh, kepala menyerupai kuda dan ekor seperti ekor kera. Di dalam air posisi tubuh tegak dengan kepala di atas dan ekor di bawah. 

Kelompok hewan ini dapat dijumpai hidup di berbagai habitat seperti padang lamun, terumbu karang, mangrove dan estuaria, baik di perairan tropis maupun ugahari (temperate). Umumnya hewan ini berada di perairan de-ngan kedalaman antara 1-15 meter. Kuda Laut merupakan hewan unik karena yang jantan "melahirkan" anaknya. Kuda Laut betina menaruh telur-telurnya di dalam kantong yang ada di perut jantan dan di situ telur-telur tersebut dibuahi. Lama sang jantan "mengandung" berkisar antara 10 hari sampai enam minggu, tergantung pada spesies dan suhu perairan. Sekali kelahiran dapat memproduksi 100 200 anak Kuda Laut.

Pengetahuan mengenai populasi alam dan biologi Kuda Laut tidak banyak diketahui oleh para ahli. Langkanya informasi tersebut menyebabkan sulitnya menduga dampak eksploitasi terhadap populasi Kuda Laut. Meskipun demikian, para nelayan dan pedagang sepakat bahwa dalam lima tahun terakhir ini populasi Kuda Laut di Asia Tenggara menurun 15-50%.Manusia merupakan "predator" yang utama. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 1995 paling sedikit 20 juta ekor Kuda Laut kering diperdagangkan dan beratus ratus ribu lagi diekspor sebagai ikan hias. Kuda Laut tidak hanya dimanfaatkan sebagai ikan hias, tetapi juga sebagai bahan obat tradisional Cina untuk mengobati berbagai penyakit seperti asma, tulang patah, kelainan ginjal dan impoten. Hewan ini juga dianggap sebagai bahan perangsang libido seksual.

Lebih kurang 45 negara terlibat dalam perdagangan hewan ini dengan Cina, Hongkong dan Taiwan merupakan negara pengimpor terbesar. Pada tahun 1992 Cina saja diperkirakan mengkonsumsi 20 ton Kuda Laut kering sedangkan Taiwan pada tahun 1994 mengimpor sekitar tiga juta ekor hewan ini. Menurut data yang ada negara negara pengekspor terbesar adalah India (1,3 juta ekor/tahun), Filipina, Thailand dan Vietnam. Data ekspor ikan ini dari Indonesia sulit didapat, tetapi diperkirakan juga cukup besar. Secara individual, perikanan Kuda Laut adalah kecil tetapi secara kolektif sangat besar dan luas serta berpotensi merugikan populasi alami. Kegiatan perikanan ini merupakan mata pencaharian penting nelayan tradisional di berbagai negara berkembang. Sebagian besar perdagangan Kuda Laut dilakukan secara legal dan tidak ada pengaturannya, tetapi makin banyak negara mulai memantau dan mengendalikannya. Sebagian besar spesies Kuda Laut tercantum sebagai hewan "Vulnerable" pada IUCN Red List of Threatened Animals tahun 1996, tetapi tidak mempunyai implikasi hukum terhadap pengaturan perdagangannya.
Sebagai akibat dari permintaan dunia terhadap Kuda Laut yang terus meningkat serta ketidakpastian dari dampak eksploitasi terhadap populasi alami, maka pembudidayaan Kuda Laut mendapat perhatian yang serius banyak ahli. Pembudidayaan dianggap tidak hanya dapat mengurangi tekanan terhadap populasi alam, tetapi juga dapat menciptakan mata pencaharian alternatif bagi banyak nelayan. Meskipun demikian, berbagai keberhasilan pembenihan Kuda Laut masih dalam skala laboratorium. Masih banyak masalah yang harus dipecahkan antara lain bagaimana menyediakan pakan hidup berupa plankton hewan, serta ke-rentanannya terhadap berbagai penyakit. Selain itu ada kecen-derungan pasar lebih memilih Kuda Laut yang ditangkap dari alam.

Sementara para peneliti masih harus menempuh jalan panjang untuk dapat membudidayakan Kuda Laut secara masal. Studi-studi untuk memahami aspek-aspek biologi hewan ini terus diupayakan untuk mendukung usaha konservasi populasi ikan ini secara luas. Pada tahun 1996 para ahli telah meluncurkan program yang disebut Project Seahorse guna menanggulangi penurunan populasi Kuda Laut akibat eksploitasi yang tidak terkendali. Proyek merupakan program terpadu untuk konservasi dan usaha-usaha pengelolaan yang ditujukan untuk menjamin keberadaan populasi Kuda Laut di alam dan keutuhan habitatnya, serta masih memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat untuk memanfaatkannya. Project Seahorse dipimpin oleh Dr. Amanda Vincent dari Mc Gill University, Montreal, Canada dan Dr. Heather Hall dari Zoological Society of London, Inggris. Anggota tim proyek ini berada di beberapa negara seperti Canada, Inggris, Filipina dan Hongkong serta berafiliasi dengan Great Barrier Reef Aquarium Australia. Project Seahorse melaksanakan beberapa aktivitas seperti
  • Mempelajari biologi Kuda Laut baik di habitat alam maupun di laboratorium; 
  • Memantau perikanan dan perdagangan Kuda Laut di seluruh dunia;
  • Mengkoordinasikan pemeliharaan Kuda Laut di akuarium di seluruh dunia;
  • Melaksanakan konservasi berbasis masyarakat di Filipina termasuk penetapan daerah perlindungan (sanctuary), program pendidikan dan pengembangan mata pencaharian alternatif bagi nelayan penangkap Kuda Laut;
  • Menyelenggarakan lokakarya baik nasional maupun internasional mengenai konservasi dan pengelolaan Kuda Laut